Batas Waktu BegadangKita semua menyadari bahwa menghidupkan malam (begadang) dengan shalat malam merupakan amalan orang-orang sholeh dan kita semua rindu untuk bisa mengerjakannya. Kadangkala sesekali bisa mengerjakan shalat malam tapi sayang, liburnya lebih panjang dan entah kapan lagi. Tujuan tulisan ini adalah untuk memperkaya pengetahuan bagi yang belum terbiasa shalat malam (tahajud) tidak perlu hawatir bahwa ada cara untuk latihan menghidupkan malam sehingga jika sudah terbiasa maka bangun malam di atas jam 12 dini hari pun akan terasa enteng. Bedasarkan penjelasan ulama yang mengutip beberapa tafsir Alqur’an dan hadits Nabi saw, termasuk menghidupkan malam adalah mengisi ibadah antara magrib dan Isya. Jika belum mampu untuk menghidupkan malam lebih panjang, maka menghidupkan di awal malam antara shalat maghrib dan Isya sudah termasuk dalam mengamalkan ayat Allah swt. Shalat di waktu itu disebut Shalat Awabin.
Makna dan Kedudukan Shalat AwwabinDalam kitab Maroqil Ubudiyah Awwabin sama artinya dengan Attawwabiin artinya orang-orang yang taubat atau orang-orang yang berusaha kembali kepada Allah. Menurut Istilah awabin adalah nama shalat yang dikerjakan antara waktu magrib dan isya. Ayat yang berkaitan dengan shalat awwabin ini cukup banyak dan sepertinya khusus. Bahkan menurut sahabat Anas bin Malik ra. asbabun nuzul dari salah satu ayat-ayat berikut adalah ketika para sahabat Rasulullah saw tengah shalat antara maghrib dan isya kemudian turun ayat.
1. Surat As Sajdah: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan terhadap rezki yang kami berikan. Rasulullah saw ditanya mengenai ayat ini lalu beliu bersabda: هي الصلاة ما بين العشــائين maksudnya adalah shalat antara dua waktu yaitu maghrib dan isya. Anas bin Malik ra ditanya jika tidur pada waktu ini, beliau menjawab: لا تفعل فإنها الســاعة المرادة بقوله تتجافى جنوبهم عن المضاجع (maksudnya jangan tidur di waktu ini atau ba’da maghrib sebab Allah menurunkan ayat as Sajdah:16 itu adalah untuk menghidupkannya).
2. Surat Al Muzammil: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Kitab Maraqilubudiyah menjelaskan bahwa ayat ini memberi pengertian bahwa shalat di awal waktu malam manfaatnya sangat besar karena dapat terciptanya konektivitas (pertalian kuat) antara hati, mata dan telinga serta lisan. Sehingga perbuatan shalat dan membaca/tadabbur Al Qur’an dapat meresap ke kalbu dikarenakan lingkungan sekitarnya tenang; tiada suara berisik aktivitas keduniaan juga sudah reda. Wajarlah jika Ali bin Husain ra ketika menjalankan shalat awal malam tersebut beliau berkata: “هو ناشئة الليل ”
Kitab Aunil Ma’bud menerangkan bahwa lafadz ناشئة الليل menurut Tafsir Ibnu Abbas adalah awal waktu malam. Ibnu Malikah pernah bertanya kepada Ibnu Abbas ra dan Ibnu Zubair ra bahwa Nasyiatallail adalah ungkapan orang Habasyah yang berarti sama dengan qiyaamulail (shalat malam). Menurut tafsir Al Qurtubi para ulama berbeda pendapat tentang awal waktu malam: Ibnu Umar dan Anas bin Malik ra mendefinisikan Nasyiatallail yaitu waktu antara maghrib dan Isya sama pendapatnya dengan Imam Atha dan Ikrimah yaitu awal waktu malam. Sebab lafadz nasyiah lebih tepat dimaknai sebagai permulaan; Sedangkan menurut Imam Mujahid ra Nasyiatallail adalah seluruh waktu malam. Namun menurut Siti Aisyah ra shalat malam adalah setelah tidur sehingga tidak dikatakan nasyiatallail jika belum tidur. Akhirnya, pendapat yang lebih shoheh menurut al Qurthubi adalah awal waktu (awwalussaa’ah)
3. Adzariyaat: Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Menurut Ibrahim An Nakhai, pada ayat ketiga ini Allah swt memuji orang-orang yang sewaktu di dunia banyak melaksanakan shalat tetapi sedikit tidurnya. Sedangkan menurut penafsiran Imam Anas bin Malik ra. Ayat ini menjaskan bahwa:
عن أنس في قوله عز وجل كانوا قليلا من الليل ما يهجعون قال كانوا يصلون فيما بين المغرب والعشاء زاد في حديث يحيى وكذلك تتجافى جنوبهم (سونن ابي داود 1127) Artinya: Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengerjakan shalat di antara waktu maghrib dan Isya. (Sunan Abi Dawud: hadits no. 1127)
Sebab turun ayat ini menurut riwayat Muhammad bin Nasr yang bersumber dari Anas bin Malik ra. adalah ketika para sahabat nabi tengah mengerjakan shalat antara maghrib dan Isya. Orang-orang yang tengah shalat diantaranya adalah Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin ‘Amr, Salman Al Farisi, Ibnu Umar dan Anas bin Malik ra dan orang-orang Anshar. Menurut Al Iraqi, sanad hadits tersebut shahih. Keutamaan Shalat AwwabinYahya bin Ayub meriwayatkan hadits dari Abdul Karim ra, Rasulullah saw bersabda: Man shalla ‘asyra raka’aatin bainal maghrib wal isya banaa lahu qishrun filjannati. Artinya: “barangsiapa yang shalat awwabin 10 rakaat antara maghrib dan isya maka Allah akan membuatkan istana kemegahan di surga. Kemudian Umar bin Khattab bertanya kepada Rasul saw : “Kalau begitu apakah istana dan tempat tinggal kami akan semakin banyak? Rasul menjawab: “Allahu Akbar! Waafdhola!” benar!.
2. Abdullah bin Umar bin Ash r.a berkata: Shalat awwabin sebagai khalwat antara waktu maghrib dan isya hatta tastawwabannasu ila sholati. 3. Suatu ketika Abdullah bin Mas’ud shalat awabin lalu berkata: shalat ghoflah dikerjakan antara maghrib dan isya.
4. Menurut riwayat Ats Tsa’laby, Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Artinya: barangsiapa yang berusaha menjauhkan tempat tidur (untuk berdzikir atau mengerjakan shalat) antara maghrib dan isya maka Allah akan menghadiahkan dua istana di surga sebagai tempat peristirahatan orang-orang. Di dalamnya terdapat pohon seandainya orang-orang dari timur dan barat dikumpulkan buahnya masih lebih banyak dari mereka. ) Cara Shalat Awwabin dan RakaatnyaImam Al Ghozali ra, dalam kitab Bidayatul Hidayah membagi ilmu bahwa setelah shalat dua rakaat sunah ba’diyah (rawatib) jika mau dipersilahkan shalat empat rakaat awwabin atau bila ingin beri’tikaf karena mau menghidupkan waktu bainal isya’aini (awwabin) dengan shalat maka jangan ragu-ragu kerjakanlah karena manfaatnya lebih besar. Sedangkan Imam Nawawi dalam kitab Maroqil’ubudiyah mengutip pendapat Imam Bujairimi dari Imam Ramli ra bahwa bilangan rakaat shalat awabin paling banyak adalah 20 rakaat. Al Ghazali dalam Ihya paling tidak ada 6 rakaat sebagaimana Rasulullah saw pernah mengerjakannya. Singkatnya, dipersilahkan mengerjakan shalat awabin paling sedikit dua rakaat, jika mau empat, enam atau paling banyak hingga 20 rakaat. Wallahu a’lam. (MK).
0 komentar:
Posting Komentar